Kenapa Halaman Kosong Selalu Jadi Hambatan?

Ternyata menatap halaman kosong tidak menyelesaikan masalah. Harus ada yang ditulis. Bahkan dari kata pertama saja. Entah apa jadinya nanti itu urusan belakang. Yang penting ditulis saja.
Sudah ada tiga kali halaman ini ditulis ulang. Sebenarnya banyak yang ingin diungkapkan. Tanpa sadar ternyata saking banyaknya jadi bingung mana yang mau ditulis terlebih dahulu.
Awalnya ingin membuat tulisan yang mendalam. Mengenai hasil liputan tentang berbagai hal yang terjadi di sekeliling. Tapi masih merasa kurang pas. Terbersit juga ingin membuat cerita pendek. Karena sudah lama tidak melatih tangan ini mengalirkan imajinasi yang ada dalam pikiran.
Ah, nulis apa ya?
Kadang lucu juga. Seperti lagu pembuka serial kartun Doraemon. “Aku ingin begini, aku ingin begitu, ingin ini ingin itu banyak sekali….” Malah saking banyaknya keinginan, jadi bingung mulai darimana.
Rasanya ini menjadi tema yang berulang ketika blog ini pertama dibuat. Ingin sebenarnya menulis tapi apa daya? Kalau dilihat dari arsip-arsip yang ada sebelumnya. Palingan satu bulan hanya ada satu tulisan.
Melalui tulisan ini tekadnya ingin memulai kebiasaan baru. Kebiasaan baik menulis. Apalagi sudah lama niatan menulis ini mau direalisasikan.
Menunggu hari baik itu ternyata hal yang buang-buang waktu. Seperti halnya kenapa tidak mulai-mulai menulis? Ya karena merasa belum siap saja. Tapi setelah dipikir-pikir, kalau menunggu siap jadi kapan mulainya?
Benar juga kata Kang Maman, kalau mau menulis harus banyak baca dulu. Kalau cuman nulis pesan singkat ya bisa-bisa saja. Namun situasi disini adalah bagaimana menulis sesuatu dengan penjabaran yang lengkap dan orang memahaminya.
Hmmm… minggu depan mau bahas lebih dalam lagi tentang manfaat membaca. Dulu pernah buat serial Rasanya Seminggu. Salah satu serial tulisan itu ada yang membahas tentang bagaimana manfaat membaca buku.
Saatnya harus ditekuni lagi kebiasaan membaca. Sama ingin menjawab pertanyaan kenapa bisa kebiasaan baik ini dulu ditinggalkan?